MEMBUDAYAKAN NILAI-NILAI KEKRISTENAN

22 MEI 2022
OLEH: PDT. JOSIMON A. S. BOEKY
BACAAN: YOHANES 14:15-31 YESUS MENJANJIKAN PENGHIBUR (YOHANES 14:23-31)

Pengantar

Yohanes 14:15-31 merupakan bagian dari kata-kata perpisahan Tuhan Yesus, yang dimulai dari Yohanes 13:31. Kepada murid-murid-Nya, Tuhan Yesus mengatakan:”Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu” (Yoh. 13:33). Perpisahan itu dimulai dari taman Getsemani, ketika Tuhan Yesus ditangkap. Tuhan Yesus menghadapi sendiri penderitaan, penyaliban, dan kematian. Dalam perpisahan pertama ini, tema kematian-Nya begitu jelas dalam perkataan Tuhan Yesus. Mereka bertemu lagi ketika kebangkitan Tuhan Yesus, yang disebut sebagai peristiwa penampakan. Meskipun demikian, pertemuan kembali tersebut tidak lagi sama keadaannya. Bertemu dengan Tuhan Yesus, dalam keadaan tubuh kebangkitan, para murid mengalami suasana yang berbeda. Peristiwa penampakan dapat dikatakan sebagai persiapan untuk perpisahan yang lebih lama, ketika Tuhan Yesus naik ke sorga.

Kenaikan Tuhan Yesus ke sorga menandai perpisahan kedua, dalam masa yang panjang, dengan murid-murid-Nya. Perpisahan tersebut tidak berarti membiarkan murid-murid-Nya bekerja sendiri. Tuhan Yesus tetap menyertai mereka melalui ‘pengembusan Roh Kudus’ (Yoh. 20:22). Tuhan Yesus tidak lagi akan bersama-sama dengan murid-murid-Nya secara fisik, tetapi penyertaan-Nya dilakukan melalui Roh-Nya yang diembuskan kepada semua murid-Nya. Dengan demikian kuasa Tuhan Yesus tetap ada dalam diri setiap murid-Nya.

Janji Tuhan Yesus, tentang seorang Penolong yang lain (ay. 16), adalah janji penyertaan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya, sampai selama-lamanya. Tuhan Yesus tidak akan meninggalkan mereka sebagai yatim piatu. Penolong itu disebut juga Roh Kebenaran (ay. 17), atau Penghibur ( ay. 26), yaitu Roh Kudus. Janji Tuhan Yesus tersebut diwujudkan dalam Yohanes 20:22.  Hal ini diinformasikan juga oleh Lukas dalam Kis. PR 1:1-2 ‘Hai Teofilus, dalam bukuku yang pertama aku menulis tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat. Sebelum itu Ia telah memberi perintah-Nya oleh Roh Kudus kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya’.

Peristiwa pengembusan Roh Kudus kepada murid-murid berbeda dengan peristiwa Pentakosta (pencurahan Roh Kudus). Kesaksian Yohanes menyebutkan bahwa pemberian Roh Kudus, yang terjadi sebelum Tuhan Yesus naik ke sorga, ditujukan kepada murid-murid-Nya dalam rangka pengutusan kepada murid-murid-Nya. Kesaksian Yohanes berhenti di situ, sedangkan kesaksian Lukas berlanjut dengan pencurahan Roh Kudus pada perayaan Pentakosta. Peristiwa Pentakosta dilihat sebagai baptisan Roh Kudus dalam rangka pembentukan jemaat. Jemaat menerima kuasa untuk menjadi saksi Kristus, sampai ke ujung-ujung bumi (Kis PR 1:8, 2:1-4).

Pendalaman

Ayat 15-17 Roh Kudus akan menyertai dan diam di dalam kamu

Yesus akan pergi. Sejak penangkapan di taman Getsemani sampai saat kebangkitan, Tuhan Yesus berpisah dengan murid-murid-Nya. Murid-murid merasa ditinggalkan oleh Gurunya. Keadaan ini mematahkan semangat mereka, bahkan hilangnya arah tujuan hidup mereka. Janji Tuhan Yesus untuk memberikan ‘seorang Penolong yang lain’, bertujuan untuk menguatkan hati murid-murid-Nya. Penolong itu merupakan Pribadi (entitas sorgawi), selain TuhanYesus. Tuhan Yesus sendiri adalah juga seorang Penolong, sehingga Tuhan Yesus mengutus Penolong yang lain. Pribadi yang lain itu, yang menjadi Penolong bagi mereka, adalah Roh Kebenaran. Setelah Tuhan Yesus tidak lagi hadir secara fisik, murid-murid tetap berada dalam penyertaan Roh Kebenaran.

Roh Kebenaran atau Roh Kudus merupakan tanda penyertaan Tuhan, bahkan ‘tinggal’ atau ‘berada’ di dalam diri kita. Dengan demikian, status Roh Kudus bukanlah sebagai pelengkap dalam suatu tindakan penyertaan, sehingga kehadiran-Nya tidak memainkan peranan utama. Kalau ada ya syukur, tidak ada juga tidak apa-apa. Sesungguhnya, Roh Kudus memainkan peranan utama sebagai Penolong, agar kita tetap hidup dalam kebenaran. Kita akan tersesat jika kita tidak ditolong oleh Roh Kudus. Oleh karena itu, Roh Kudus merupakan Pribadi yang sangat kita butuhkan. Penolong (parakletos) menunjuk pada peranan Roh Kudus dalam membela, menasihati, menghibur dan melindungi kita dalam kehidupan sehari-hari.

 

Ayat 18-20 Sebab Aku Hidup

Tuhan Yesus mengatakan dengan tegas: “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku akan datang kembali kepadamu’. Murid-murid merasakan suasana yang mencekam. Mereka berpikir keras tentang sesuatu yang mengerikan, yang akan dialami oleh Tuhan Yesus. Selanjutnya, mereka menggumuli tentang nasib buruk mereka sebagai murid Tuhan Yesus, padahal mereka telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Tuhan Yesus.  Selama tiga tahun mengikuti Tuhan Yesus, mereka belum pernah mengalami suasana hati yang kelam, dan ketiadaan harapan. Hati mereka seolah-olah mencari jawaban tentang ‘apa gunanya meninggalkan segala sesuatu, demi seorang Guru yang mereka cintai?’

Mereka belum memiliki gambaran yang utuh tentang kebangkitan, meskipun mereka telah menyaksikan bagaimana Tuhan Yesus membangkitkan seorang pemuda di Nain (Luk. 7:11-18), membangkitkan anak perempuan Yairus (Luk. 8:40-56), dan membangkitkan Lazarus (Yoh. 11:33-44). Mereka melihat peristiwa tersebut sebagai bentuk mujizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus. Pertama, mujizat tersebut dilakukan oleh Tuhan Yesus. Jika Tuhan Yesus tidak ada lagi, maka mujizat itu pun tidak terjadi lagi. Kedua, mujizat itu tidak menjangkau semua orang. Banyak orang yang mati, pada masa itu, tidak mengalami kebangkitan. Murid-murid juga akan mengalami kematian. Jika Tuhan Yesus tidak ada lagi, maka murid-murid juga tidak akan mengalami kebangkitan.

‘Tinggal sesaat lagi’ dunia tidak akan melihat Aku lagi, ‘tetapi kamu melihat Aku’. Kematian Tuhan Yesus bukan lagi diartikan sebagai ‘ketiadaan hidup Tuhan Yesus’, tetapi ‘keberadaan Tuhan Yesus yang tidak terlihat oleh dunia’. Oleh karena itu, banyak orang yang tidak memahami misteri ini, mengolok-olok pengikut Kristus: ‘Tuhan kok mati?’  Kebangkitan Tuhan Yesus merupakan bukti bahwa kehidupan itu tetap ada, seperti yang dinyatakan oleh Tuhan Yesus: ‘Sebab Aku hidup’ dan ‘kamupun akan hidup’. Pernyataan Tuhan Yesus ini diharapkan dapat menghapus kebimbangan murid-murid tentang ‘ketiadaan Tuhan Yesus’, dan mulai memahami tentang keberadaan Tuhan Yesus yang ‘terlihat’ maupun ‘yang tidak terlihat’.

‘Kamu akan tahu’. Belum saatnya sekarang untuk murid-murid memahami, tetapi nanti ketika kebangkitan Tuhan Yesus itu terjadi. “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” (Yoh. 11:25). Mereka nanti akan tahu bahwa Dia-lah sumber hidup itu.

Ayat 21-24 Menuruti Firman Tuhan

Memahami firman Tuhan bukanlah hal yang mudah bagi murid-murid. Banyak hal yang dikatakan oleh Tuhan Yesus baru dapat dipahami setelah Tuhan Yesus bangkit (Yoh. 2:22, Yoh. 20:9). Kebangkitan Tuhan Yesus bukan saja menjadi satu pemahaman baru, tetapi menjadi dasar bagi murid-murid untuk percaya akan kuasa sorgawi, yang ada dalam diri Tuhan Yesus. Sikap Tomas yang menjadi gambaran umum tentang orang yang menekankan tentang bukti empiris (Yoh. 20:25). Tomas menjadi percaya setelah melihat sendiri tanda-tanda fisik dalam penampakan Tuhan Yesus. Dan secara mengejutkan, Tomas membuat pengakuan: ‘Ya Tuhanku dan Allahku’ (Yoh. 20:28). Hal itulah yang membuat Tuhan Yesus perlu untuk mengatakan ‘Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya’. Cara untuk menjadi percaya bisa saja dimulai dari sebuah pemeriksaan dan analisa ilmiah, namun cara ini memiliki kerumitan tersendiri dan tidak menjadikan seseorang menjadi ‘bahagia’.

Menuruti firman Tuhan merupakan sikap taat, yaitu menerima dan melakukan firman Tuhan, yang didasari oleh pandangan tentang kasih Allah. Kehadiran Tuhan Yesus di dunia merupakan bukti kasih Allah untuk menyelamatkan manusia dari hukum dosa. Menuruti firman Tuhan adalah juga sebagai tanggapan umat-Nya untuk mengasihi-Nya. Dengan demikian, pertanyaan-pertanyaan kritis, seperti: Benarkah Tuhan Yesus itu bangkit? Siapa yang membangkitkan Tuhan Yesus? Bagaimana cara membangkitkan orang mati?, bukan lagi menjadi hal yang penting. Semua proses telah selesai dikerjakan oleh Tuhan, dan tidak mungkin seluruh proses itu dapat dijangkau oleh kemampuan berpikir manusia. Hanya tiga hal pokok yang perlu dan dapat kita pahami, yaitu: ‘mengasihi Aku’, ‘menuruti firman-Ku’, ‘Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia’.   

Ayat 25-26 Roh Kudus Mengajarkan dan Mengingatkan

Tuhan Yesus akan pergi, tetapi murid-murid tetap mendapatkan pengajaran. Roh Kudus akan memberikan bahan ajar yang baru kepada murid-murid, sekaligus mengingatkan hal-hal yang telah diajarkan kepada mereka. Murid-murid perlu mendapatkan pengertian yang benar dan lengkap mengenai jati diri Yesus sebagai Tuhan, dan mengenai karya Tuhan Yesus sebagai Juruselamat.

Kedua ayat ini meneguhkan murid-murid (dan juga semua orang percaya di setiap tempat dan pada setiap masa) bahwa kesaksian tentang Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, adalah hasil karya Roh Kudus.

Ayat 27-31 Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu

Berkaitan dengan ayat 25-26, Roh Kudus lah yang akan melanjutkan pengajaran kepada murid-murid. Saatnya Tuhan Yesus beralih kepada sebuah tindakan untuk menyatakan kuasa sorgawi, sebagai misi bersama antara Tuhan Yesus dan Allah Bapa. Sekali lagi, Tuhan Yesus akan mengantarkan murid-murid untuk menyaksikan kuasa kebangkitan. Suatu kuasa yang tidak dapat diikat oleh kematian, bahkan sebagai pembuktian bahwa kematian tidak berdaya melawan Sang Hidup.

Sebelum kebangkitan itu terjadi, posisi Tuhan Yesus masih dalam batasan-batasan inkarnasi,  sehingga posisi Allah Bapa saat itu adalah lebih besar. Tuhan Yesus dalam posisi seperti ini memang lebih rendah dari Allah Bapa. Ketika Tuhan Yesus bangkit dan naik ke surga, maka Tuhan Yesus kembali pada eksistensi-Nya sebagai Allah Anak.

Aplikasi

  1. Tuhan Yesus tidak hanya memberikan (mengaruniakan) seorang Penolong, tetapi juga menyatakan peranan-Nya bahwa Ia akan menyertai kita selama-lamanya. Memberi dan mendampingi merupakan bentuk dari sebuah pertolongan.
  2. Menuruti firman Tuhan menggambarkan sikap yang diharapkan dari semua pengikut Kristus, yaitu mengasihi Tuhan. ‘Menuruti’ berarti menyesuaikan kehidupan kita dengan kehendak Tuhan. Banyak kegiatan pelayanan yang kita lakukan, tetapi belum tentu didasarkan pada kasih kita kepada Tuhan.
  3. Kehadiran Roh Kudus menunjuk pada kuasa sorgawi dalam membangun damai sejahtera di bumi. Perdamaian antar manusia harus menjadi karya Roh Kudus, bukan dalam rangka menegakkan nilai-nilai kemanusiaan. Perdamaian antar manusia, pada hakikatnya, didirikan atas dasar perdamaian antara Allah dan manusia. Konflik yang terjadi sehari-hari, bukan saja konflik moral dan konflik sosial, tetapi juga konflik iman. Membangun damai sejahtera di bumi merupakan upaya menyelaraskan iman dan perbuatan, yang dapat kita lakukan hanya melalui pertolongan Roh Kudus.
  4. Roh Kudus akan terus dan senantiasa mengajarkan tentang kebenaran, dan mengingatkan kita akan apa yang harus dikerjakan sesuai dengan firman Tuhan. Belajar sambil melakukan kehendak Tuhan, ataupun melakukan sambil belajar tentang firman Tuhan, tetap dalam tuntunan Roh Kudus. Kerendahan hati kita merupakan sifat yang disyaratkan untuk mendapat tuntunan dari Roh Kudus.

Catatan:

  1. Bacaan yang ditentukan oleh Majelis Sinode adalah Yohanes 14:23-31.
  2. Ayat 23 dimulai dengan ‘Jawab Yesus’, sehingga pertanyaan pada ayat 22 yang juga berkaitan dengan ayat-ayat sebelumnya, diabaikan.
  3. Perikop secara utuh dimulai dari ayat 15.
  4. Usul: Menggunakan perikop secara utuh, yaitu Yohanes 14:15-31.
  5. Tema/topik yang ditentukan oleh Majelis Sinode: ‘Meneladani Kristus Dengan Membudayakan Nilai-Nilai Kekristenan’.
  6. Penggunaan kata ‘dengan’ tidak memberikan suatu pemahaman baru antara ‘meneladani Kristus’ dan ‘membudayakan nilai-nilai kekristenan.
  7. Nilai-nilai kekristenan dapat dipahami sebagai hal-hal yang sesuai ajaran dan perbuatan Kristus, meskipun kata ‘kekristenan’ telah menunjuk pada nilai ataupun karakter para pengikut Kristus.
  8. Membudayakan nilai-nilai kekristenan berarti membiasakan hidup sesuai dengan ajaran dan perbuatan Kristus. Ini sama artinya dengan ‘meneladani Kristus’
  9. Usul Tema/topik: ‘Membudayakan Nilai-Nilai Kekristenan’.